Sunday, October 16, 2016

Menjadi Postcrosser

HALO READERS! Udah lama ya aku ga nongol hehe. Semakin semester atas emang semakin sibuk nih . Sekarang aku punya hobi baru nih, yaitu bertukar kartu pos alias postcard swapping. Pertama kali tau hobi tukeran kartu pos ini dari salah satu blog, si penulis blog menceritakan bagaimana ia medapatkan banyak kartu pos dari berbagai negara. Itu lah yang membuatku tertarik untuk menjadi postcrosser. Dengan menjadi postcrosser, aku mendapatkan beberapa kesenangan tersendiri, seperti mendapat kartu pos dan perangko dari berbagai negara, belajar sedikit bahasa negara lain, mendapat teman pena (penpals), dan mendapatkan teman baru di Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI).
Tanggal 15 Oktober yang lalu, KPI mengadakan meet up nasional dan beruntungnya acara tersebut diadakan di Yogyakarta jadi tinggal cuss ikutan. Acaranya kemarin di Loop Station belakang Kantor Pos Besar Yogyakarta. Di acara tersebut akhirnya aku ketemu langsung sama anggota KPI yang tadinya cuma bisa lihat mereka lewat profil facebook aja. Aku datang kesana bareng sama salah satu anggota KPI yang ternyata satu kampus. Akhirnya kita berdua dateng kesana naik motor. Sampai disana jam setengah 9 pagi dan ternyata bener dugaan kita...kita kepagian. Pertama ketemu sama salah tiga anggota yang menjadi panitia acara dan dari pada nganggur, akhirnya kita menawarkan diri bantu-bantu. Bantu-bantunya ternyata keasikan sampai kita bantu jaga booth jualan...sampai acara selesai wkwk.
Hobi menjadi postcrosser ternyata adalah hobi yang cukup mahal. Di era yang udah banyak media sosial, banyak orang menanyakan 'kenapa sih masih mau tukeran kartu pos? kan udah ada email". Iya sih, selain harus nunggu kapan katu pos itu sampai ke tempat tujuan, harga perangko juga ga murah. Untuk mengirim kartu pos ke Asia, perangko yang dibutuhkan Rp 7.000, Eropa dan Amerika Rp 10.000 (kata ibu yang bertugas di kantor pos deket kos). Jadi kalau dihitung total pengeluaran:
Kartu pos (Rp 3.000-5.000) + Perangko (Rp 7.000-10.000) = Rp 15.000 per pengiriman
Lumayan kan buat makan sekali (dasar anak kos). Feel yang didapat saat mengirim kartu pos via email dengan langsung pakai perangko itu beda lho! Aku sendiri lebih suka yang langsung pakai perangko karena di kartu pos yang bakal aku kirim itu bisa aku hias sesuai keinginanku.
Jadi postcrosser itu susah-susah gampang. Kita perlu punya stock kartu pos yang banyak untuk bertukar sama orang lain. Kalau di web postcrossing sih gampang, karena kita mengirim dan menerima kartu pos secara random (ga tau siapa orangnya, ga bisa milih kartu pos). Kalau direct swap di instagram itu yang susah. Kadang kita mau kartu posnya si dia, tapi si dia ga mau postcard kita sedih emang.
 Ini beberapa kartu pos yang kalap kubeli dari acara meet up nasional kemarin
Sekian dulu ceritaku tentang postcrossing, yang mau tukeran kartu pos sama aku bisa lho! Cek aja di web postcrossing.com dengan username @myoland atau instagramku @yolandaandya.
See ya!

[c]myoland//2017//Powered by Blogger